Rabu, 13 Januari 2016

MAKALAH TRADISI DAN UPACARA ADAT : SUKU LAMPUNG

0




BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

            Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal mula suku Lampung atau  Ulun Lampung adalah puncak tertinggi di tanah Lampung. Karena kebutuhan untuk memenuhi hidup yang sudah tidak terpenuhi lagi di dataran tinggi Sekala Brak, maka kelompok demi kelompok meninggalkan Sakala Berak menurun ke lembah dengan mengikuti aliran sungai. Kelompok atau kaum tersebut kemudian membentuk buwai.
 
Etnis Lampung yang biasa disebut Lampung-Ulun (Ulun Lampung, Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah. Orang Lampung yang dimaksud adalah penduduk asli yang sudah mendiami daerah Provinsi Lampung jauh sebelum kedatangan kaum transmigran dan berbagai pendatang dari suku bangsa lain. Jumlah populasi mereka sekarang sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk pendatang yang kebanyakan berasal dari Jawa. Karena jumlah penduduk yang berasal dari Jawa jauh lebih banyak maka pengaruh kebudayaan Jawa pada pergaulan antar suku bangsa di Lampung masa sekarang cukup besar.
           

1.2 Tujuan Penulisan

            Tujuan penulisan ini adalah untuk membantu masyarakat umum memperoleh pengetahuan umum dan memahami tentang sejarah atau asal usul Suku Lampung dan tradisi berupa upacara adat yang ada di Lampung dan tata cara kehidupan, serta nilai-nilai yang dapat kita ambil dari tradisi suku Lampung.

BAB 2

PEMBAHASAN


2.1 Asal Usul Suku Lampung

            Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7.Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke-11.
            Orang Lampung mengenal dua kelompok adat yang besar, yaitu kelompok Adat Pepaduan dan kelompok Adat Peminggir atau Pubiyan. Selain itu juga dikenal kelompok masyarakat beradat Semende (Semendo), Adat Ranau, Adat Belalau, Adat Pegagan, dan Adat Ogan. Kelompok Adat pepaduan umumnya mendiami wilayah Lampung bagian timur dan tengah, dicirikan oleh sistem adat kebangsawanan mereka yang cukup kompleks yang disebut Kepunyimbangan. Kelompok Adat Peminggir umumnya mendiami wilayah bagian barat, dicirikan oleh sistem pelapisan sosialnya yang dua tingkat, adat ini disebut juga Sebatin atau Seibatin.
            Orang Lampung Pepadun terbagi lagi menjadi empat kelompok, yaitu Abung Siwo Megou (Abung Sembilan Marga), Megou Pak Tulangbawang, Buay Lima, dan Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku). Setiap kelompok masih terbagi lagi atas sejumlah klen besar yang berdiam di wilayah tertentu, yang disebut buay atau kebuayan. Orang Lampung Peminggir terbagi atas lima kelompok, yaitu Peminggir Melinting Rajabasa, Peminggir Teluk, Peminggir Skala Brak (di daerah Liwa), Peminggir Semangka, termasuk ke dalamnya kelompok orang Komering (yang berdiam di daerah Ranau, Komering, dan Kayu Agung, di Sumatera Selatan).

2.2 Bahasa Suku Lampung

            Bahasa Lampung terbagi ke dalam dialek Abung yang dipakai oleh kelompok masyarakat beradat Pepadun dan dialek Pubiyan yang dipakai oleh kelompok masyarakat beradat Peminggir. Van Royen membagi bahasa Lampung menjadi kelompok dialek nyo dan dialek api. Menurut para ahli Indonesia sendiri, bahasa Lampung yang disebut behasou Lampung atau umung Lampung atau cewo Lampung, masih dapat dibagi menjadi dua dialek, yaitu dialek Lampung Belalau dan dialek Lampung Abung, yang masing-masing dibedakan atas dasar pengucapan a dan o. Dialek Lampung Belalau (dialek a) terbagi atas beberapa subdialek, yaitu Jelma Doya (Sungkai), Pemanggilan Peminggir, Melinting Peminggir, dan Pubian. Dialek Lampung Abung (dialek o) terbagi atas dua subdialek, yaitu Abung dan Tulangbawang. Orang Lampung mempunyai aksara sendiri yang disebut surat Lampung atau huruf Lampung (hampir sama dengan tulisan kuno orang Rejang, Serawai, dan Pasemah). Abjad yang dipakai nampaknya mengacu kepada huruf Dewa Nagari asal dari bahasa Sanskerta.

2.3 Mata Pencaharian Suku Lampung

            Mata pencaharian awal suku ini adalah berladang tebang bakar dan berpindah-pindah serta meramu hasil hutan. Akibat pengaruh suku lain yang datang ke daerah Lampung suku ini mulai mengembangkan sistem pertanian irigasi di sawah-sawah, beternak kerbau, sapi, kambing, unggas dan lain-lain. Pada abad ke-18 mereka mulai bertanam tanaman keras, seperti kopi, karet, cengkeh serta rempah-rempah seperti lada dan pala. Pekerjaan berburu binatang liar serta mengumpulkan hasil hutan masih dilakukan oleh sebagian penduduknya. Pada masa kini untuk mengusahakan kebun kebun lada, kopi, cengkeh dan lainnya mereka mengupah buruh-buruh transmigran. Sebagian di antara mereka memilih pekerjaan sebagai pegawai pemerintah atau swasta di kota-kota.


BAB 3


3.1 Tradisi Suku Lampung

3.1.1 Upacara Pernikahan

Dalam hal perkawinan ada 2 jenis Status Perkawinan, yaitu:

a. Djujor
Djujor adalah proses dimana Muli yang diambil oleh Mekhanai untuk menjadi istrinya, maka sang Mekhanai dan Keluarganya harus menyerahkan atau membayar Uang Adat kepada ahli si Muli berdasarkan permintaan dari ahli Keluarga si Muli. Sedangkan permintaaan si Muli kepada sang Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar atau dipenuhi oleh sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak si Muli.

b. Semanda Raja Raja
Pada Semanda Raja Raja awalnya sang pria setelah pernikahan harus tinggal terlebih dahulu di tempat si wanita dengan tidak ditentukan masanya, artinya si suami boleh menunggu istrinya di rumah mertuanya sampai mati atau boleh juga untuk beberapa bulan atau beberapa tahun saja. Tetapi bisa juga bila keduanya sepakat dan menginginkan tinggal di tempat lain yang menurut perkiraan mereka akan mendapat kehidupan yang lebih baik maka keluarga kedua belah pihak tidak boleh menahannya.

3.1.2 Upacara Adat Yang Bersifat Sakral

Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:
Upacara Ngebabali
Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.
Upacara Ngambabekha
Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan (membuka hutan) untuk dijadikan Pemekonan (Perkampungan) dan perkebunan, karena diyakini Pulan Tuha [hutan rimba] memiliki penunggunya sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.
Upacara Ngumbai Lawok
Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.

3.2 Tata Cara Kehidupan Suku Lampung


Sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan. Kelompok kekerabatan umumnya dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu:

1) Keluarga Ambilineal Kecil
Kelompok ini beranggotakan 25-30 orang. Mereka hidup dalam jangka waktu tertentu, saling mengenal, dan memahami hubungan kekerabatan mereka. Keluarga ini menghidupkan rasa kepribadian karena menguasai sejumlah harta produktif yang dapat dinikmati oleh keluarganya, seperti tanah, sawah, ternak.

2) Keluarga Ambilineal Besar
Anggotanya terdiri atas beberapa generasi yang turun-menurun dengan jumlah warganya mencapai ratusan. Anggota kelompok tidak saling mengenal secara mendalam. Mereka berkumpul pada saat upacara keagamaan.

3) Klen (Clan) Kecil
Merupakan suatu kelompok kekerabatan dimana satu dengan yang lainnya terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki atau perempuan saja. Mereka saling mengenal dan tinggal bersama dalam satu lingkungan.

4) Klen (Clan) Besar
Merupakan suatu kelompok kekerabatan terdiri dari semua keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki maupun perempuan. Keanggotaannya ditarik melalui garis keturunan ibu atau ayah. Jumlahnya mencapai ribuan orang. Mereka tidak saling mengenal, umumnya disatukan dan terikat oleh tanda-tanda lahiriah yang dimiliki oleh klen itu.

5) Fratri
Merupakan kelompok kekerabatan yang patrilineal atau matrilineal. Sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen besar maupun kecil.

6) Paroh Masyarakat (Moeity)
Adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fratri tetapi merupakan separuh dari suatu masyarakat.


BAB 4

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

                Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal mula suku Lampung atau  Ulun Lampung adalah puncak tertinggi di tanah Lampung. Orang Lampung mengenal dua kelompok adat yang besar, yaitu kelompok Adat Pepaduan dan kelompok Adat Peminggir atau Pubiyan. Selain itu juga dikenal kelompok masyarakat beradat Semende (Semendo), Adat Ranau, Adat Belalau, Adat Pegagan, dan Adat Ogan. Bahasa Lampung terbagi ke dalam dialek Abung yang dipakai oleh kelompok masyarakat beradat Pepadun dan dialek Pubiyan yang dipakai oleh kelompok masyarakat beradat Peminggir.Bahasa Lampung pun dapat dibagi menjadi dua dialek, yaitu dialek Lampung Belalau dan dialek Lampung Abung, yang masing-masing dibedakan atas dasar pengucapan a dan o. Mata pencaharian suku ini adalah berladang tebang bakar, mengembangkan sistem pertanian irigasi di sawah-sawah, beternak kerbau, sapi, kambing, unggas dan lain-lain, bertanam tanaman keras, seperti kopi, karet, cengkeh serta rempah-rempah seperti lada dan pala.
            Ada dua jenis status perkawinan yaitu Djuor dan Semanda Raja-Raja. Suku Lampung pun masih percaya dengan tradisi suku yang bersifat sacral yang beraura mistis seperti Upacara Ngebabali, Upacara Ngambabekha, Upacara Ngumbai Lawok. Serta terdapat beberapa kelompok kekerabatan yaitu Keluarga Ambilineal Kcil, Keluarga Ambilineal Besar, Klen Kecil, Klen Besar, Fratri dan Paroh Masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA


http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1088/suku-lampung diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul 08:30.
http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-suku-lampung diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul 08:30.
http://pipitmargareta.blogspot.co.id/2014/01/makalah-mengenai-kebudayaan-lampung diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul 10:20.
http://tugas-makalahmu.blogspot.co.id/2015/02/upacara-tradisional-di-lampung.html diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul 12:45.






























                                                                                                   

0 komentar:

Posting Komentar